BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Evaluasi adalah
suatu proses menentukan sesuatu yang dilakukan melalui tahapan
pengukuran dan penilaian. Dalam melakukan evaluasi diperlukan sebuah
alat evaluasi. Alat sendiri dibagi menjadi dua, yaitu tes dan non
tes.
Di dalam melakukan
evaluasi, khususnya dengan cara tes, membutuhkan suatu penyusunan
alat tes guna mendapatkan hasil yang ingin dicapai, yang mana dalam
penyusunan alat tersebut memiliki beberapa aturan tertentu.
Dari permasalahan
tersebut kiranya perlu untuk dibahas tentang bagaimana cara
penyusunan tes dan tabel spesifikasi yang meliputi masalah tes,
fungsi tes, dan tabel spesifikasi dalam evaluasi pendidikan.
- Rumusan Masalah
Dari latar belakang
masalah di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
- Apa arti dari tes ?
- Apa persyaratan tes ?
- Bagaimana ciri-ciri tes yang baik ?
- Apa fungsi tes ?
- Bagaimana langkah penyusunan tes ?
- Ada berapa komponen tes ?
- Apa fungsi tabel spesifikasi ?
- Bagaimana langkah pembuatan tabel spesifikasi ?
- Bagaimana tindak lanjut sesudah pembuatan tabel spesifikasi ?
- Tujuan Pembahasan
Dalam penyusunan
makalah ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, diantaranya :
- Untuk mengetahui arti tes.
- Untuk mengetahui persayaratan tes.
- Untuk mendiskripsikan ciri-ciri tes yang baik.
- Untuk mengetahui fungsi tes.
- Untuk mendiskripsikan langkahpenyusunan tes.
- Untuk mendiskripsikan komponen tes.
- Untuk mengetahui fungsi tabel spesifikasi.
- Untuk mendiskripsikan langkah pembuatan tabel spesifikasi.
- Untuk mendiskripsikan tindak lanut sesudah pembuatan tabel spesifikasi.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN DAN
PENYUSUNAN TES SERTA TABEL SPESIFIKASI
- MASALAH TES
- Pengertian Tes
Beberapa istilah
yang berhubungan dengan tes.
- Tes
Adalah alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
- Testing
Adalah saat waktu
tes itu dilakukan.
- Testee
Adalah responden
yang sedang mengerjakan tes.
- Tester
Adalah orang yang
diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden.
Tugas tester antara
lain ;
- Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan.
- Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan.
- Menerangkan cara mengerjakan tes.
- Mengawasi responden mengerjakan tes.
- Memberikan tanda-tanda waktu.
- Mengumpulkan pekerjaan responden.
- Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan ( jika ada ).
- Persyaratan Tes
Sumber persyaratan
tes, didasarkan atas dua hal :
- Menyangkut Mutu Tes.
Contoh :
Seorang guru yang
belum berpengalaman menyusun tes, mengadakan tes bahasa Indonesia
kepad siswa diberikan sebuah cerita panjang dan beberapa pertanyaan
yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa menangkap isi bacaan
tersebut, tetapi hanya meliputi bagian awal dari bacaan saja.
Disamping itu, siswa diminta mengambil beberapa kata sukar dari
bacaan itu dan menerangkan artinya. Pada waktu tes berlangsung guru
menungguinya dengan teliti dan tidak memberi kesempatan kepada siswa
untuk saling kerjasama. Tes berjalan tertib.
Dari contoh di atas,
tes yang dibuat guru tersebut kurang baik, karena pertanyaannya
disusun dengan kurang cermat, para siswa dibebaskan memilih sendiri
kata-kata yang sukar dan menerangkannya. Dengan demikian akan
terdapat banyak sekali variasi jawaban. Sehingga guru akan menjumpai
kesulitan pada waktu menilai. Guru tidak dapat memperoleh gambaran
tentang tingkat kemampuan siswanya. Nilai yang diperoleh tidak dapat
dimanfaatkan untuk mendiagnosis maupun untuk mengisi rapor.
- Menyangkut pengadministrasian dalam pelaksanaan.
Contoh :
Seorang guru yang
sudah berpengalaman, menyusun sebuah tes dengan baik. Kenetulan guru
itu juga mengajar bahasa Indonesia. Seperti halnya guru pertama, ia
memberikan sebuah bacaan dan diikuti pertanyaan-petanyaan tentang isi
bacaan. Setelah itu diikuti oleh deretan kata-kata sukar yang harus
diterangkan oleh siswa pada waktu pelaksanaan tes, guru ini mendadak
sakit dan pengawasan terhadap pelaksanaan tes diserahkan kepada
kawannya, seorang guru muda yang baik hati. Dibiarkannya saja
anak-anak yang bercakap-cakap merundingkan jawaban pertanyaan itu,
atau anak-anak yang dengan sengaja mengeluarkan buku catatan dan
melihatlihat isinya.
Dari contoh di atas,
tes yang disusun sudah baik. Dengan pengarahan dari guru, yakni
memberikan kata-kata sukar yang harus diterangkan oleh siswa, guru
dapat memperoleh informasi siswa mana yang sudah menguasai bahan dan
siswa mana yang belum. Akan tetapi kesalahannya terletak pada
administrasi/pelaksanaan tes. Oleh karena situasinya memberikan
peluang kepada siswa untuk saling menyeragamkan jawaban, maka guru
tidak dapat memperoleh gambaran siapa sebenarnya siswa yang sudah
menguasi bahan pelajaran sehingga dapat menjadi sumber informasi dan
menjual jasa kepada kawan-kawannya.
Walaupun dalam
melaksanakan tes sudah diusahakan mengikuti aturan tentang suasana.
Cara dan prosedur yang telah ditentukan, namun tes itu sendiri
mengandung kelemahan-kelemahan.
Menurut Gilbert Sax
ada beberapa kelemahan tes, yaitu ;
- Adakalanya tes ( secara psikologis, terpaksa ) menyinggung pribadi seseorang ( walaupun tidak disengaja demikian ).
- Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil belajar yang murni.
- Tes mengkategorikan siswa secar tetap.
- Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa.
- Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas.
- Ciri-ciri tes yang baik
Sebuah tes yang
dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
- Validitas
Sebelum mulai dengan
penjelasan perlu kiranya dipahami terlebih dahulu perbedaan arti
istilah “ Validitas” dengan “Valid”. Validitas merupakan
sebuah kata benda, sedangkan Valid merupakan kata sifat.
Sebuah data atau
informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan
senyatanya atau sebenarnya. Contohnya, informasi tentang seorang
bernama A menyebutkan bahwa si A pendek, karena tingginya kurang dari
140 cm. Data tentang A ini dikatakan valid apabila memang
sesuaidengan kenyataanya, yakni bahwa tinggi si A kurang dari 140 cm.
Jika data yang
dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka dapat dikatakan bahwa
instrumen tersebut valid, karena dapat memberikan gambaran tentang
data secara benar sesuai dengan kenyataan atau sesungguhnya.
Dari sedikit uraian
dan contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa jika data yang dihasilkan
oleh instrumen benar dan valid, sesuai kenyataan, maka instrumen yang
digunakan tersebut juga valid.
- Reliabilitas
Kata reliabilitas
dalam bahasa indonesia diambil dari kata “ reliability” dalam
bahasa inggris, yang berasal dari kata “reliable” yang artinya
dapat dipercaya. Reliabilitas merupakan kata benda, sedangkan
reliabel merupakan kata sifat atau kata keadaan.
Tes dikatakan
reliabel jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan
berkali-kali. Dengan kata lain, jika kepada para siswa diberikan tes
yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap
berada dalam urutan ( rangking ) yang sama dalam kelompoknya.
Contoh :
TABEL NILAI TES
PERTAMA DAN TES KEDUA
-
Waktu tesNama siswa
Pengetesan pertamaPengetesan keduaAmin67Badu6,56,6Cahyani89Didit56Elvi67Parida78
Dari tabel di atas
dapat dilihat, walaupun tampaknya tes pada pengetesan kedua lebih
baik, akan tetapi kenaikannya dialami oleh semua siswa, maka tes yang
digunakan dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Kenaikan
tes yang kedua barangkali disebabkan oleh adanya “pengalaman”
yang diperoleh pada waktu mengerjakan tes pertama. Dalam keadaan
seperti ini dikatakan bahwa carry-over effect atau practice-effect,
yaitu adanya akibat yang dibawa karena siswa telah mengalami suatu
kegiatan.
Jika dihubungkan
dengan validitas, maka :
- Validitas adalah ketepatan.
- Reliabilitas adalah ketetapan.
- Objektivitas
Dalam pengertian
sehari-hari telah dengan cepat diketahui bahwa objektif berarti tidak
adanya unsur pribadi yang mempengaruhinya. Lawan dari objektif adalah
subjektif. Yang artinya terdapat unsur pribadi yang mempengaruhinya.
Sebuah tes dikatakan
memiliki objektifitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada
faktor subjektif yang mempengaruhinya. Hal ini terutama terjadi pada
sistem skoringnya.
Jika dihubungkan
dengan reliabilitas, maka :
- Objektifitas menekankan ketetapan ( consisitency ) pada sisitem skoring, dan
- Reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
Ada dua faktor yang
mempengaruhi subektifitas dari sebuah tes, yaitu :
- Betuk tes
Tes yang
berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai
untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Itulah sebabnya
pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai
bidang. Untuk menghindari masuknya unsur subjektivitas dari
penilai,maka sistem skoringnya dapat dilakukan dengan cara
sebaiknya,antara lain dengan membuat pedoman skoring terlebih dahulu.
- Penilai
Subjektivitas dari
penilai akan dapat masuk secara leluasa terutama dalam tes bentuk
uraian. Faktor-faktor ysng mempengaruhi subjektivitas antara lain :
- Kesan penilai terhadap siswa,
- Tulisan,
- Bahasa,
- Waktu mengadakan penilaian,
- Kelelahan, dan sebagainya.
Untuk menghindari
atau mengurangi masuknya unsur subjektivitas dalam pekerjaan
penilaian, maka penilaian atau evaluasi harus dilaksanakan dengan
mengingat pedoman. Pedoman yang dimaksud, terutama menyangkut masalah
pengadministrasian, yaitu :
- Evaluasi harus dilakukan secara kontinyu. Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka guru akan memperoleh gambaran lebih jelas tentang keadaan siswa.
- Evaluasi harus dilakukan secara komprehensif ( menyeluruh ), yaitu :
- Mencakup keseluruhan materi.
- Mencakup berbagai aspek berpikir ( ingatan, pemahaman, aplikasi, dan sebagainya ).
- Melalui berbagai cara, yaitu cara tertulis, tes lisan, tes perbuatan dan sebagainya.
- Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan
memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat
praktis, mudah pengadministrasiannya.
Tes praktis adalah
tes yang :
- Mudah dilaksanakan.
Misalnya tidak
menuntut peralatan yang banyak.
- Mudah pemeriksaannya.
Artinya bahwa tes
itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya.
- Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan atau diwakili oleh orang lain.
- Ekonomis
Yang dimaksud
ekonomis disini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak
membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan
waktu yang lama.
- FUNGSI TES DAN LANGKAH PENYUSUNAN TES
- Fungsi Tes
Fungsi tes dapat
ditinjau dari tiga hal :
- Fungsi untuk kelas, yang meliputi :
- Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa.
- Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian.
- Menaikkan prestasi.
- Mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok.
- Merencanakan kegiatan proses balajar mengajar untuk perseorangan.
- Menentukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus.
- Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak.
- Fungsi untuk bimbingan, yang meliputi :
- Menetukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak-anak mereka.
- Membantu siswa dalam menetukan pilihan
- Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan.
- Memberi kesempatan kepada pembimbing, guru dan orang tua dalam memahami kesulitan anak.
- Fungsi untuk administrasi, yang meliputi :
- Memberi petunjuk dalam mengelompokkan siswa.
- Penempatan siswa baru.
- Membantu siswa memilih kelompok.
- Menilai kurikulum.
- Memperluas hubungan masyarakat ( public relation ).
- Menyediakan informasi untuk badan-badan diluar sekolah.
- Langkah-langkah Penyusunan Tes
Urutan langkah yang
dilakukan dalam penyusunan tes adalah :
- Menentukan tujuan mengadakan tes.
- Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
- Merumuskan tujuan instruksional khusus ( TIK ) dari tiap bagian bahan.
- Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku yang terkandung dalam TIK itu.
- Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek yang diukur beserta imabangan antara kedua hal tersebut.
- Menuliskan butir-butir soal yang didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.
- Komponen-komponen Tes
Komponen-komponen
sebuah tes teridri atas :
- Buku tes
Yaitu lembaran atau
buku yang memuat butir-butir soal yang harus dikerjakan oleh siswa.
- Lembar jawaban tes
Yaitu lembaran yang
disediakan oleh penilaian bagi testee untuk mengerjakan tes.
- Kunci jawaban tes
Yaitu berisi
jawaban-jawaban yang dikehendaki.
- Pedoman penilaian
Pedoman penilaian
atau pedoman skoring berisi keterangan perincian tenteng skor atau
angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah
dikerjakan.
- TABEL SPESIFIKASI
- Fungsi Tabel spesifikasi
Tabel spesifikasi
berupa tabel yang memuat sekaligus uraian isi tes dan tingkat
kompetensi yang akan diungkap pada setiap bagian isi.
Tabel spesifikasi
dapat disebut grid, kisi-kisi atau blue print. Wujudnya adalah sebuah
tabel yang memuat tentang perperincian materi dan tingkah laku
beserta imbangan atau proporsi yang dikehendaki oleh penilai.
Contoh :
TABEL SPESIFIKASI
-
Aspek yang diungkapPokok materi
Ingatan( I )Pemahaman( P )Aplikasi( A )JumlahBagian 1
Bagian 2
Bagian n ( Terakhir )
Jumlah
Tabel spesifikasi
mempunyai kolom dan baris, sehingga tampak adanya hubungan antara
materi dengan aspek yang tergambar dalam TIK. Sebenarnya penyusunan
tes bukan hanya mengingat hubungna antara dua hal tersebut tetapi
empat hal yaitu hubungan antar materi, TIK, kegiatan belajar mengajar
dan evaluasi.
Sebagai contoh
kaitan antara TIK, materi, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi
adalah sebagai berikut :
TIK : 4.2.2. siswa
dapat menghitung percepatan benda.
Materi : 4.2.2.
percepatan benda.
KBM : informasi dan
tanya jawab percepatan.
Evaluasi : 4.2.2.
sebuah benda yang mula-mula diam, massanya 5 kg dan menerima dua buah
gaya yang berlawanan dan sama besar masing-masing 10 Newton. Maka
percepatannya adalah.........
- 0 m/dt2
- 0,5 m/dt2
- 2 m/dt2
- 4 m/dt2
- Langkah Pembuatan Tabel Spesifikasi
Langkah-langkah
dalam penyusunan tabel spesifikasi adalah sebagai berikut:
- Mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan.
- Memberikan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi.
- Merinci banyaknya butir soal untuk tiap-tiap pokok materi.
Contoh :
Akan membuat tes
untuk evaluasi, pokok-pokok materinya adalah :
- Pengertian evaluasi ( 2 )
- Fungsi evaluasi ( 3 )
- Macam-macam cara evaluasi ( 5 )
- Persyaratan evaluasi ( 4 )
Angka-angka yang
tertera didalam kurung yang dituliskan dibelakang pokok materi,
menunjukkan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi.
Penentuan imbangan bobot materi dilakukan oleh penyusun soal
berdasarkan atas luasnya materi atau kepentingannya untuk dites.
Dari contoh diatas,
maka pokok-pokok materi dapat dipindahkan kedalam tabel dan mengubah
indeks menjadi presentase. Kemudian membagi jumlah butir soal (
disini 50 buah ) menjadi 4 bagian berdasarkan imbangan bobot yang
tertera sebagai presentase.
TABEL SPESIFIKASI
UNTUK PENYUSUNAN SOAL EVALUASI
-
Aspek yang diungkapPokok materi
Ingatan
Pemahaman
Aplikasi
JumlahPengertian evaluasi ( 14 % )
7Fungsi evaluasi ( 21 % )
10Macam-macam cara evaluasi ( 36 % )
18Persyaratan evaluasi ( 29 % )
15Jumlah
50 butir soal
Banyaknya
butir soal dalam sebuah tes sangat ditentukan oleh :
- Waktu yang tersedia
- Bentuk soal
Sampai langkah
ketiga, cara yang dilakukan sama untuk seluruh bidang studi.
Untuk
langkah-langkah selanjutnya, terdapat langkah khusus tergantung dari
homogenitas atau heterogenitas ( keragaman ) materi yang terkait.
- Untuk materi yang seragam
Yang dimaksud dengan
seragam adalah bahwa ada antara pokok materi yang satu dengan pokok
materi yang lain mempunyai kesamaan dalam imbangan aspek tingkah
laku.
Misalnya 50% untuk
ingatan, 30% untuk pemahaman dan 20% untuk aplikasi, maka angka
presentase dapat dituliskan pada kolom dibawah kata-kata “Ingatan”,
“Pemahaman” dan “Aplikasi”. Selanjutnya banyak butir soal tes
untuk setiap sel ( kolom kecil ) diperoleh dengan cara menghitung
persentase dari banyaknya soal bagi tiap pokok materi yang sudah
tertulis dikolom paling kanan.
Contoh :
TABEL SPESIFIKASI
UNTUK PENYUSUNAN SOAL EVALUASI
-
Aspek yang diungkapPokok materi
Ingatan( 50% )Pemahaman( 30% )Aplikasi( 20% )JumlahPengertian evaluasi ( 14 % )( A )( B )( C )7Fungsi evaluasi ( 21 % )( D )( E )( F )10Macam-macam cara evaluasi ( 36 % )
( G )( H )( I )18Persyaratan evaluasi ( 29 % )( J )( K )( L )15Jumlah
50 butir soal
Untuk mangisi atau
menentukan banyaknya butir soal untuk tiap sel, dilakukan cara
demikian :
Sel A : 50/100 x 7
soal = 3,4 ( 4 soal )
Sel B : 30/100 x 7
soal = 2,1 ( 2 soal )
Sel C : 20/100 x 7
soal = 1,4 ( 1soal )
Untuk mengisi
sel-sel yang lain, dilakukan cara yang sama dengan cara yang
digunakan untuk mengisi sel A, sel B dan sel C.
Disamping cara tadi,
ada cara lain untuk menentukan jumlah butir soal untuk tiap-tiap
pokok materi dengan mulai dari pengisian sel-sel kemudian baru
diperileh jumlah soal tiap pokok materi.
Contoh :
TABEL SPESIFIKASI
UNTUK PENYUSUNAN TES IPS
-
Aspek yang diungkapPokok materi
Ingatan( 50% )Pemahaman( 30% )Aplikasi( 20% )JumlahBAB 1 ( 40 % )( A )8( B )5( C )316BAB 2 ( 30% )( D )6( E )( F )
BAB 3 ( 30 % )
( G )( H )( I )
Jumlah
40
Misalnya berdasarkan
waktu yang telah ditentukan, diperkirakan akan disusun 40 butir soal.
Maka tiap sel akan diperoleh imbangan jumlah sebagai berikut :
Sel A : 50/100 x
40/100 x 40 soal = 8 soal
Sel B : 30/100 x
40/100 x 40 soal = 4,8 soal ( 5 soal )
Sel C : 20/100 x
40/100 x 40 soal = 3,2 soal ( 3 soal )
Sel D : 50/100 x
30/100 x 40 soal = 6 soal
Demikian seterusnya
setelah dihitung dengan cara yang sama, terdapatlah angka-angka yang
menggambarkan banyaknya soal seperti tercantum pada tiap aspek.
Setelah itu baru dijumlahkan kekanan maupun kebawah sehingga terdapat
jumlah soal untuk setiap bagian atau pokok materi maupun setiap aspek
tingkah laku.
- Untuk materi yang tidak seragam
Untuk membuat tabel
spesifikasi pokok-pokok materi yang tidak seragam, tidak perlu
mencantumkan angka persentase imbangan tingkah laku di kepala kolom.
Pemberian imbangan dilakukan tiap pokok materi didasarkan atas
banyaknya soal untuk pokok materi itu dan imbangna yang dikehendaki
oleh penilai menurut sifat pokok materi yang bersangkutan.
Contoh :
TABEL SPESIFIKASI
UNTUK PENYUSUNAN TES EVALUASI
-
Aspek yang diungkapPokok materi
Ingatan( I )Pemahaman( P )Aplikasi( A )JumlahBAB 1 ( 25% )( A )( B )( C )10BAB 2 ( 40% )( D )( E )( F)16BAB 3 ( 35% )( G )( H )( I )14Jumlah ( 100% )
40
Misalnya :
BAB 1 : Mayoritas
hafalan
BAB 2 : Mayoritas
pemahaman
BAB 3 : Mayoriyas
Aplikasi
Maka imbangan aspek
tingkah laku, tidak dapat dituliskan pada kepala kolom, penentuan
angka menunjukkan banyaknya butir soal pada tiap sel, ditentukan per
Bab.
Misalnya :
Untuk BAB 1, ingatan
60%, pemahaman 30% dan aplikasi 10%, maka :
- Sel A : 60/100 x 10 soal = 6 soal
- Sel B : 30/100 x 10 soal = 3 soal
- Sel C : 10/100 x 10 soal = 1 soal
Untuk BAB 2, ingatan
20%, pemahaman 50% dan aplikasi 30%, maka :
- Sel D : 20/100 x 16 soal = 3 soal
- Sel E : 50/100 x 16 soal = 8 soal
- Sel F : 30/100 x 16 soal = 5 soal
Untuk BAB 3, ingatan
20%, pemahaman 20% dan aplikasi 60%, maka :
- Sel G : 20/100 x 14 soal = 3 soal
- Sel H : 20/100 x 14 soal = 3 soal
- Sel F : 60/100 x 14 soal = 6 soal
- Tindak Lanjut Setelah Penyusunan Tabel
Ada dua langkah lagi
sebagai tindak lanjut sesudah menyusun tabel spesifikasi untuk
memperoleh seperangkat tes, yaitu :
- Menentukan Bentuk Soal
Ada dua langkah yang
harus diperhatiakan dalam menentukan bentuk soal, yaitu :
- Waktu yang tersedia
Bahwa soal bentuk
betul-salah membutuhkan waktu yang lebih singkat dari pada isian atau
pilihan ganda. Yang perlu mendapat perhatian adalah soal bentuk
uraian, soal bentuk ini paling banyak memakan waktu walaupun masih
perlu diperinci lagi bahwa soal yang menghendaki siswa untuk
menguraikan tentu sa lebih banyak memakan waktu dibandingkan dengan
pertanyaan “mengapa”.
- Sifat materi yang dites
Sifat materi sangat
menentukan bentuk soal tes pula. Adakalanya sebuah pokok materi tidak
dapat diukur dengan soal bentuk tertentu.
- Menuliskan Soal-soal Tes
Langkah-langkah
terakhir dari penyusunan tes adalah menuliskan soal-soal tes ( item,
writing ). Hal-hal yang harus diperhatiakan dalam menuliskan
soal-soal tes adalah :
- Bahasa harus sederhana dan mudah dipahami.
- Suatu saol tidak boleh mengnadung penafsiran ganda ganda atau membingungkan.
- Cara memenggal kalimat atau meletakkan / menata kata-kata perlu diperhatikan agar tidak ditafsirkan salah.
- Petunjuk mangerjakan.
BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan
makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
- Tes
Adalah alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
- Persyaratan tes adalah :
- Menynagkut mutu tes
- Menyangkut pengadministrasian dalam pelaksanaan
- Ciri-ciri tes yang baik adalah :
- Validitas
- Relibilitas
- Objektivitas
- Praktikabilitas
- Ekonomis
- Fungsi tes dapat ditinjau dari tiga hal, yaitu :
- Fungsi untuk kelas
- Fungsi untuk bimbingan
- Fungsi untuk administrasi
- Langkah-langkah penyusunan tes, yaitu:
a. Menentukan tujuan
mengadakan tes.
b. Mengadakan
pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
c. Merumuskan tujuan
instruksional khusus ( TIK ) dari tiap bagian bahan.
d. Menderetkan semua
TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku yang
terkandung dalam TIK itu.
e. Menyusun tabel
spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek yang diukur beserta
imabangan antara kedua hal tersebut.
f. Menuliskan
butir-butir soal yang didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan
pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.
- Komponen-komponen tes adalah :
- Lembar jawaban tes
- Kunci jawaban tes
- Pedoman penilaian
- Fungsi tabel spesifikasi adalah untuk mempermudah guru dalam menyusun tes yang baik.
- Langkah-langkah penyusunan tabel spesifikasi, yaitu :
a. Mendaftar
pokok-pokok materi yang akan diteskan.
b. Memberikan
imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi.
c. Merinci banyaknya
butir soal untuk tiap-tiap pokok materi.
- Tindak lanjut sesudah penyusunan tabel spesifikasi adalah :
- Menentukan bentuk soal
- Menuliskan soal-soal tes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar