Kamis, 12 April 2012

proposal KONSEP MODERNISASI PESANTREN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM INDONESIA.


KONSEP MODERNISASI PESANTREN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM INDONESIA.

  1. Latar Belakang Masalah
Kenyataan bahwa Islam dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia, khususnya pulau Jawa tidak bisa dilepaskan dari proses panjang Islamisasi yang dilalui, di mana pesantren secara intensif terlibat di dalamnya, dan bahkan institusi ini menjadi salah satu media utama pengaruh Islam dalam pembinaan moral bangsa Indonesia. Secara historis, pesantren dinilai tidak hanya mengemban misi dan mengandung nuansa keislaman, tetapi juga menjaga nuansa keaslian (indigenous) Indonesia. Karena lembaga sejenis telah berdiri sejak masa Hindu-Buddha, sedangkan pesantren tinggal meneruskan dan mengislamkannya.1
Sebagai lembaga pendidikan indigenous, pesantren memiliki akar sosio-histori yang kuat, sehingga membuatnya mampu menduduki posisi yang relatif sentral dalam dunia keilmuan masyarakat dan sekaligus bertahan di tengah berbagai gelombang perubahan. Eksistensi pesantren bertambah kuat ketika corak Islam yang berkembang di Jawa memberikan dasar ideologis dan kelembagaan yang kondusif bagi pesantren.2
Pesantren dalam dinamikanya dipandang memiliki identitas tersendiri yang diistilahkan oleh KH. Abdurrahman Wahid dengan “subkultur”. Menurut beliau ada tiga unsur pokok yang membangun subkultur pesantren, yaitu pola kepemimpinan, literatur universal (kitab kuning) yang dipelihara berabad-abad, dan sistem nilainya.
Dinamika zaman terus berjalan seiring dengan proses modernisasi, yang menuntut pesantren untuk mau menerima perubahan dan perkembangan. Namun demikian, masih terdapat pola baku sebagai hal esensial dunia pesantren yang dinilai relatif ajek dan kontinu terkait sistem nilainya yang tercermin dalam tradisi keilmuan dan moralitasnya, yang secara epistemik-etik diakui turut menentukan cara pandang pesantren dalam menafsirkan realita yang dihadapi dan dalam memberikan respon terhadapnya. Ke-ajek-an dan kontinuitas yang ada pada pesantren tersebut, dalam beberapa sisi diidentifikasi sebagai penyebab terjadinya kesenjangan antara pesantren dengan derap modernisasi yang tengah berlangsung di dunia “luar”.3
Dalam bidang pendidikan, pesantren dapat dikatakan kalah bersaing dalam menawarkan suatu model pendidikan kompetitif yang mampu melahirkan out put (santri) yang memiliki kompetensi dalam penguasaan ilmu sekaligus skill sehingga dapat menjadi bekal terjun kedalam kehidupan sosial yang terus mengalami percepatan perubahan akibat modernisasi yang ditopang kecanggihan sains dan teknologi. Kegagalan pendidikan pesantren dalam melahirkan sumber daya santri yang memiliki kecakapan dalam bidang ilmu-ilmu keislaman dan penguasaan teknologi secara sinergis berimplikasi terhadap kemacetan potensi pesantren sebagai salah satu agents of social change dalam berpartisipasi mendukung proses transformasi sosial bangsa.4
Di samping itu, dengan kesimpulan yang cukup provokatif, salah seorang pemerhati pendidikan di tanah air, Mochtar Buchori mengungkapkan bahwa “ilmu pendidikan di Indonesia mengalami krisis identitas karena lonceng kematiannya telah berdentang”. Dalam kaitan ini, H.A.R.Tilaar juga mempunyai kesimpulan serupa: “ilmu pendidikan di Indonesia dalam kondisi hidup enggan mati tak mau”.
Karena itu untuk sekarang ini, pendidikan agama dituntut agar lebih berorientasi pada upaya pemupukan wawasan keagamaan dalam kaitannya dengan pembentukan intelektual-keagamaan dan pengintegrasian problematika empiris di sekitar peserta didik. Dengan ini diharapkan bisa tumbuh kesadaran kritis dan cerdas pada diri peserta didik terhadap realitas sosio-kultural lingkungannya. Model pendidikan seperti ini diharapkan bisa mengubah kondisi pendidikan agama yang telah berlangsung selama ini, yang dinilai banyak pihak sebagai “indoktrinatif”.5
Melihat relita di atas, sebagai sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial keagamaan, pengembangan pesantren harus terus didorong. Hal ini karena sudah tidak diragukan lagi bahwa pesantren memiliki kontribusi nyata dalam pembangunan pendidikan. Apalagi dilihat secara historis, pesantren memiliki pengalaman yang luar biasa dalam membina dan mengembangkan masyarakat.6 Melihat kenyataan tersebut, penulis beranggapan bahwa modernisasi pesantren menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat mengatasi kesenjangan yang terjadi antara dunia pesantren dengan perkembangan dunia luar, yang dalam hal ini adalah pendidikan (Islam) Indonesia. Selain itu, modernisasi juga sesuai dengan prinsip yang selama ini dipegang teguh dalam pesantren, “al muhafadzah ‘ala al qadim al shalih, wa al akhdzu bi al jadid al ashlah”, yaitu tetap memegang tradisi yang positif, dan mengimbangi dengan mengambil hal-hal baru yang positif. Ini berarti, pesantren dituntut melakukan kontekstualisasi tanpa harus mengorbankan watak aslinya.
Dari sini, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang pesantren dan pendidikan Islam Indonesia dalam penelitian pustaka yang berjudul “Konsep Modernisasi Pesantren dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam Indonesia”. Ada beberapa alasan yang mendorong penulis untuk memilih judul tersebut, diantaranya adalah:
    1. Melihat kenyataan bahwa pesantren sebagai salah satu model pendidikan yang khas (indigenous) Indonesia, sehingga sangat menarik untuk diperbincangkan.
    2. Melihat banyaknya penilaian terhadap pesantren yang menyatakan bahwa pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang sifatnya indoktrinatif, kaku, tidak mengikuti perkembangan, dan lain sebagainya.
    3. Melihat adanya suatu kenyataan bahwa pesantren memiliki kontribusi nyata dalam pembangunan pendidikan, yaitu membina dan mengembangkan masyarakat.

  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang akan dikaji dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.
    1. Bagaimana konsep modernisasi pesantren?
    2. Bagaimana perkembangan pendidikan Islam Indonesia?
    3. Bagaimana implikasi modernisasi pesantren terhadap pendidikan Islam Indonesia?

  1. Tujuan Penelitian
    1. Untuk mengetahui konsep modernisasi pesantren.
    2. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan Islam Indonesia.
    3. Untuk mengetahui implikasi modernisasi pesantren terhadap pendidikan Islam Indonesia.
  1. Kegunaan Penelitian
    1. Dapat menambah wawasan bagi penulis khususnya, dan pembaca pada umumnya tentang konsep modernisasi pesantren dan implikasinya terhadap pendidikan Islam Indonesia.
    2. Memberikan wacana tentang modernisasi pesantren dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.
    3. Memberikan inspirasi kepada penulis lain untuk mengkaji lebih dalam persoalan yang serupa.

  1. Tinjauan Pustaka
    1. Analisis Teori
Mahmud Arif dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Islam Transformatif, menyatakan bahwa tradisi pesantren telah melahirkan suatu subkultur, namun bukan berarti ia adalah entitas “otonom” yang sama sekali tidak dapat disentuh oleh pergeseran dan perubahan (modernisasi) dari luar. Sebab, eksistensi pesantren jelas mempunyai kepentingan untuk memperoleh relevansi sosiologis-kontekstual agar dapat tetap survive dan eksis. Akibat derasnya arus perubahan global, suka ataupun tidak, pesantren dituntut untuk mau menerima logika perubahan dengan tetap teguh memegang tradisinya tanpa perlu bersikap tradisional.
Dalam skripsi yang ditulis oleh Arif Firmansyah dengan judul “Pendidikan Pesantren Tradisional menurut KH. Abdurrahnan Wahid” mengatakan bahwa kelahiran dan keberadaan pondok pesantren di Indonesia sangat erat kaitannya dengan mazhab atau faham Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah. Menurut KH. Abdurrahman Wahid, umat manusia di masa depan selain menuntut dimilikinya landasan berupa bekal keagamaan yang kuat juga ditentukan oleh penguasaannya tentang perkembangan teknologi. Karenanya, pengembangan pengetahuan umum di pesantren merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dengan penanganan yang serius. Apabila hal itu dapat terwujud dalam sebuah pesantren, maka sebuah keniscayaan, yang tumbuh dan berkembang dari generasi ke generasi pesantren adalah santri yang mampu menjawab tantangan global.
Selanjutnya, dalam buku Esei-esei Intelektual Muslim Pendidikan Islam yang ditulis oleh Prof.DR. Azyumardi Azra disebutkan bahwa modernisasi sistem dan kelembagaan pesantren berlangsung nyaris tanpa melibatkan wacana epistemologi. Modernisasi yang dilakukan cenderung diadopsi dan diimplementasikan begitu saja. Karena itu, modernisasi pesantren berlangsung secara adhoc (sementara) dan parsial. Sebab itulah modernisasi yang dilakukan kemudian cenderung bersifat involutif, yakni sekedar perubahan yang hanya memunculkan kerumitan-kerumitan daripada terobosan-terobosan yang betul-betul bisa dipertanggung jawabkan baik dari segi konsep, kelestarian dan kontinuitasnya.
Kemudian menurut Prof.DR.KH. M. Tholhah Hasan sebagaimana dituliskan oleh Nunu Ahmad An-Nahidl dalam tulisan berjudul Mendidik Manusia Sesuai Fitrahnya, dikatakan bahwa dibutuhkan adanya gagasan segar dan kreatif serta upaya dinamis untuk menyelenggarakan model pendidikan Islam yang excellent, bermartabat, dan menjadi kebanggaan umat.
    1. Kerangka Berpikir
Pesantren merupakan sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial keagamaan. Karena itu, untuk dapat memainkan peran edukatifnya dalam penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas pesantren harus meningkatkan mutu sekaligus memperbaruhi model pendidikannya. Sebab, model pendidikan pesantren yang mendasarkan diri pada system konvensional atau klasik tidak cukup membantu dalam penyediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi integratif baik dalam penguasaan pengetahuan agama, pengetahuan umum dan kecakapan teknologis. Padahal ketiga elemen ini merupakan prasyarat yang tidak bisa diabaikan untuk konteks perubahan sosial akibat modernisasi.7
Tradisi pendidikan pesantren yang merakyat (tidak elitis) menjadi modal berharga dalam pengembangan pendidikan Islam Indonesia yang lebih humanis. Di samping itu, tradisi pesantren yang terbukti ampuh sebagai benteng kultural dan agama, diharapkan dapat menyelamatkan generasi pemuda Muslim dari proses brainwashing nilai-nilai keislaman yang terjadi dalam proses pendidikan umum, khususnya di tingkat pendidikan tinggi.

  1. Metode Penelitian
    1. Jenis dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami.8
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam materi yang bersumber dari buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.9
    1. Sumber Data
Sumber data merupakan subjek di mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data, yaitu:
      1. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan sumber data pokok yang diperoleh dari buku-buku yang membahas tentang pesantren dan juga pendidikan Islam di Indonesia. Dalam hal ini penulis menggunakan sumber utama buku berjudul Pendidikan Islam Transformatif yang ditulis oleh DR. Mahmud Arif, dan juga buku yang ditulis oleh Prof. DR. Azyumardi Azra dengan judul Esei-esei Intelektual Muslim Pendidikan Islam.
      1. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber pendukung, baik berupa buku, artikel, jurnal ilmiah dan lain sebagainya yang relevan dengan permasalahan yang dibahas. Sebagai bahan pendukung, penulis menggunakan buku berjudul Pemikir Pendidikan Islam karya Drs. Choirul Fuad Yusuf dan Drs. Ahmad Syahid. Selain itu penulis juuga menggunakan beberapa artikel sebagai pelengkap, dan juga buku-buku tentang pedoman penulisan skripsi.
    1. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini, metode yang digunakan penulis untuk pengumpulan data adalah metode studi pustaka, yaitu dengan cara memilih buku-buku yang diperlukan, kemudian membaca, memahami, serta mengidentifikasi data-data yang dipandang relevan dengan pembahasan masalah. Setelah data-data terkumpul, selanjutnya dikelompokkan dan diklasifikasikan dengan tujuan untuk memudahkan proses memahami data yang diperoleh.
    1. Teknik Analisis Data
      1. Metode Deskriptif
Metode desriptif adalah metode yang berusaha mendeskripsikan dengan menginterpretasikan data yang ada.10
      1. Metode Analisis Isi (Content Analysis)
Metode analisis isi adalah proses analisis terhadap makna dan kandungan buku-buku yang dijadikan rujukan sehingga diketahui ide pokoknya.11

  1. Sistematika Penelitian
Secara garis besar, sistematika penulisan dalam penelitian ini akan dibagi ke dalam lima bab, di mana pada masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam memahami hal-hal yang akan dibahas dalam penulisan ini. Untuk lebih jelasnya, dapat penulis bagi dalam rincian sebagai berikut.
Bab I adalah Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penelitian.
Bab II membahas tentang Deskripsi Umum tentang Konsep Modernisasi Pesantren, yang terbagi dalam empat sub bab yaitu Definisi Modernisasi Pesantren, Latar Belakang Modernisasi Pesantren, Konsep Modernisasi Pesantren, dan Urgensi Modernisasi Pesantren dalam Perspektif beberapa Ulama.
Bab III membahas tentang Deskripsi Umum tentang Pendidikan Islam Indonesia, yang terbagi dalam empat sub bab yaitu Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Islam Indonesia, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pendidikan Islam Indonesia, Problematika Pendidikan Islam Indonesia, serta Paradigma Pendidikan Islam Indonesia.
Bab IV membahas tentang Analisis Konsep Modernisasi Pesantren dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam Indonesia, yang terdiri dari tiga sub bab yaitu Analisa tentang Konsep Modernisasi Pendidikan, Analisa tentang Perkembangan Pendidikan Islam Indonesia, Analisa tentang Implikasi Modernisasi Pesantren terhadap Pendidikan Islam Indonesia.
Bab V adalah Penutup, yang terdiri dari Simpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muh. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Arif Firmansyah. “Pendidikan Pesantren Tradisional menurut KH. Abdurrahnan Wahid”, Skripsi Sarjana Pendidikan (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2009)
skripsi yang ditulis oleh Arif Firmansyah dengan judul
Arif, Mahmud. 2008. Pendidikan Islam Transformatif. Yogyakarta: LKIS.
Azra, Azyumardi. 1998. Esei-esei Intelektual Muslim Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.
Hadi, Sutrisno. 1989. Metode Research. Yogyakarta: Andi Offset
Moleong, Lexy.J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soedjono, dkk. 1994. Metodologi Penelitian dan Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Penyusun. 2008. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan STAIN Pekalongan (Tahun Akademik 2008-2009). Pekalongan: STAIN Press.
Yususf, Choirul Fuad dan Ahmad Syahid. 2007. Pemikir Pendidikan Islam (Biografi Sosial Intelektual). Jakarta: Pena Citasatria.
1 Mahmud Arif, Pendidikan Islam Tranformatif (Yogyakarta: LKIS, 2008), hlm. 165-166.
2 Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 1998), hlm. 87.
3 Mahmud Arif, Op. Cit, hlm. 166-169.
5 Mahmud Arif, Op. Cit, hlm. 213-216.
8 Moh.Ali, Strategi Penelitian Pendidikan (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 159.
9 Sutrisno Hadi, Metode Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hlm. 16.
10 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 103.
11 Sodjono dkk, Metodologi Penelitian dan Penerapan (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 34.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar