MAKALAH
PERSPEKTIF
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TENTANG KEPRIBADIAN MUSLIM
Disusun
untuk memenuhi tugas:
Mata
Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam
Dosen
Pengampu : M. Fauzan, M.Pd
Disusun
Oleh:
Raudhatul
Khasanah 202109313
Diah
Rahmawati 202109319
Naila
Rahmatillah 202109322
Ella
Kamila 202109328
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
2011/2012
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar belakang masalah
Kepribadian muslim
merupakan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan islam.
Kepribadian yang diharapkan islam adalah kepribadian yang sesuai
dengan norma-norma islam. Kepribadian tidak terjadi dengan sekaligus,
akan tetapi melalui proses kehidupan yang panjang. Maka dalam hal ini
pendidikan mempunyai peran yang besar dalam pembentukan kepribadian
muslim.
Kepribadian muslim
diartikan sebagai identitas yang dimiliki oleh seseorang sebagai
cirri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim baik yang
ditampilkan sebagai tingkah laku lahiriah maupun sikap batiniahnya.
Di satu sisi
kepribadian itu mempunyai cirri khas yang bersifat individual yang
berbeda dengan yang lainnya dan dipihak lain individu diharapkan
dapat menampilkan kepribadian yang integral dalam kelompok masyarakat
muslim sebagai ummah. Oleh sebab itu diperlukan kajian secara
komprehensif tentang kepribadian muslim tersebut.
- Rumusan masalah
Berdasarkan latar
belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan
untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya
sebagai berikut:
- Apa pengertian kepribadian muslim?
- Apa saja aspek-aspek kepribadian muslim?
- Bagaimana proses pembentukan kepribadian muslim?
- Metode pemecahan masalah
Metode pemecahan
masalah yang dilakukan melalui studi literature/metode kajian
pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa refrensi buku atau dari
refrensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas.
Langkah-langkah
pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang akan
dibahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah
pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban
permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta
pengorganisasian permasalahn.
- Sistematika penulisan makalah
Makalah ini ditulis
ke dalam 3 bagian meliputi:
BAB I : Bagian
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan
masalah
, metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan masalah.
BAB II : Bagian
pembasan.
BAB III : Bagian
penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
- Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul “PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TENTANG KEPRIBADIAN MUSLIM “ ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya, keluarganya dan sekalian umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini
merupakan tugas bagi mahasiswa STAIN pekalongan dalam mengikuti
perkuliahan Filafat Pendidikan Islam. Makalah ini membahas tentang
perspektif pendidikan islam tentang kepribadian muslim. Hal ini
dimaksudkan untuk membangun kepribadian muslim pada pada didipendidik
maupun peserta didik, agar nantinya pendidik maupun peserta didik
dapan menjadi seorang yang paripurna atau insan kamil yang selalu
taat kepada Allah Swt.
Dengan kemampuan
yang sangat terbatas, penulis sudah berusaha dan mencoba
mengeksplorasi, mensintesiskan dan mengorganisasikan dari beberapa
buku mengenai teori penulisan makalah. Namun demikian, apabila dalam
makalah ini dijumpai kekurang dan kesalahan, baik dalam pengetikan
maupun isinya, maka penulis dengan senang hati menerima kritik
konstruktif dari pembaca.
Akhirnya semoga
makalah yang yang sederhana ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Pekalongan,
November 2011
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar
Daftar
isi
BAB
I PENDAHULUAN
- Latar belakang masalah
- Rumusan masalah
- Metode pemecahan masalah
- Sistematika penulisan makalah
BAB
II PEMBAHASAN
- Perspektif filsafat pendidikan islam tentang kepribadian muslim
- Pengertian kepribadian muslim
- Aspek-aspek kepribadian muslim
BAB
III PENUTUP
- Kesimpulan
- Saran-saran atau Rekomendasi
BAB
II
PEMBAHASAN
- Pengertian Kepribadian Muslim
Ada tiga kata yang
sering digunakan dalam penyebutan yang sama dan mempunyai kedekatan
makna seperti karakter, tempramen dan kepribadian.1
Karakter lebih
menjurus kearah tabiat-tabiat yang dapat disebut benar atau salah,
sesuai atau tidak sesuai dengan norma-norma social yang diakui.
Tempramen ialah satu
segi dari kepribadian yang erat hubungannya dengan perimbangan
zat-zat cair yang ada dalam tubuh. Dalam tubuh kita terdapat zat-zat
cair, diantaranya ada empat jenis yang berpengaruh sekali kepada
tempramen kita. Keempat jenis zat cair itu ialah cairan empedu
kuning, darah empedu, empedu hitam dan lender. Misalnya seorang akan
bersifat pemarah kalau cairan empedu kuning lebih banyak dalam
perimbangannya dengan zat cairan lainnya.
Kepribadian adalah
meliputi kualitas keseluruhan diri seseorang. Kualitas itu akan
tampak dalam cara-caranya berbuat, cara-caranya berfikir,
cara-caranya mengeluarkan pendapat, sikapnya, minatnya, filsafat
hidupnya serta kepercayaannya.2
Dengan demikian
kepribadian adalah sifat-sifat dan aspek-aspek tingkah laku yang ada
dalam diri individu yang bersifat psikofisik dalam interaksinya
dengan lingkungan yang menyebabkan individu itu berbuat dan bertindak
seperti apa yang dia lakukan, dan menunjukan ciri-ciri yang khas yang
membedakan individu dengan individu yang lainnya. Termasuk didalamnya
sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan cita-cita, pengetahuan dan
ketrampilan, macam-macam cara gerak tubuhnya, dan sebagainya.
Sedangkan
kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya
baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidup dan
kepercayaannya menunjukan pengabdian kepada tuhan dan penyerahan diri
kepadan-Nya.
Konsepsi islam
tentang bagaimana wujud kepribadian muslim adalah identik dengan
aspek-aspek kepribadian manusia seutuhnya.
Ada tiga aspek pokok
yang menjadi corak khusus bagi seseorang muslim menurut ajaran islam,
yaitu:
- Adanya wahyu Tuhan yang memberikan kewajiban kepada manusia muslim untuk melaksanakan tugasnya yang berkaitan dengan Tuhan maupun masyarakat.
- Praktik ibadah yang harus dilakukan dengan aturan-aturan yang pasti dan teliti. Hal ini akan mendorong setiap muslim untuk memperkuat tali persaudaraan dengan sesamanya dan akan menjadikan sebagai kelompok yang terorganisir.
- Konsepsi islam tentang alam yang menggambarkan penciptaan manusia secara harmonis dan seimbang dibawah perlindungan tuhan. Ajaran ini juga akan mengukuhkan kelompok.
Atas dasar ajaran
ini maka pribadi muslim bukanlah pribadi yang egoistis, akan tetapi
seseorang pribadi yang penuh dengan sifat-sifat pengabdian baik
kepada Tuhan maupun kepada sesamanya. Selain itu menurut Syaikh M.
Jamaludin Mahfuzh ada tiga hal yang menjadi karakteristik seseorang
bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki kepribadian muslim, yaitu:
- Menyerahkan diri kepada Allah
Membentuk pribadi
yang islami harus atas dasar kesadaran menyerahkan diri kepada Allah.
- Kebebasan dan kemuliaan manusia
Pribadi seorang
muslim harus melepaskan diri dari pengabdian kepada selain Allah.
Sehingga is benar-benar bisa terbebas dari kegelisahan, ketakutan,
dan perasaan apa saja yang dapat memperlemah dan melecehkan kemuliaan
insan.
- Membebaskan pribadi muslim dari faktor-faktor ketakutan
Mengatasi rasa takut
dengan pendekatan aspek akidah (tauhid). Ia ditanamkan akidah atau
keyakinan ke hati setiap muslim bahwa yang menguasai segenap
kekuasaan hanyalah Allah semata. 3
- Aspek-aspek kepribadian
Pada garis besarnya
aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan dalam tiga hal :
- Aspek-aspek kejasmanian
Meliputi tingkah
laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalnya :
cara-caranya berbuat, cara-caranya berbicara dan sebagainya.
- Aspek-aspek kejiwaan
Meliputi aspek-aspek
yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya :
cara berfikir, sikap dan minat.
- Aspek-aspek kerohanian yang luhur
Meliputi aspek-aspek
kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup kepercayaan,
meliputi : sistem nilai yang telah meresap dalam kepribadian dan
menjadi ciri bagi kualitas keseluruhan individu.4
Aspek-aspek
kepribadian, belum cukup untuk memberi gambaran keseluruhan mengenai
kepribadian-kepribadian, lebih-lebih mengenai proses perkembangannya.
Maka kita membutuhkan bagian-bagian kepribadian yang lebih dinamis.
Sifatnya, yaitu tenaga-tenaga kepribadian.
Pada garis besarnya,
tenaga-tenaga itu dapat pula dibagi atas:
- Tenaga-tenaga kejasmanian
Meliputi seluruh
tenaga-tenaga yang bersumber pada tubuh, misalnya tenaga-tenaga yang
bersumber pada bekerjanya kelenjar-kelenjar, peredaran darah,
alat-alat pernapasan, syaraf dan sebagainya.
- Tenaga-tenaga kejiwaan
Terdiri atas karsa,
rasa dan cipta. Dapat juga dibagi atas syahwat, marah dan
akal-pikiran.
- Karsa
Meliputi
tenaga-tenaga yang merupakan sumber pendorong dari suatu kegiatan.
Termasuk didalamnya dorongan-dorongan nafsu, keinginan-keinginan,
hasrat-hasrat hawa nafsu dan kemauan
- Rasa
Tenaga-tenaga ini
member sifat pada kegiatan-kegiatan berupa keharusan,
kesenangan-kesenangan, ketidaksenangan dan sebagainya.
- Cipta
Melputi
tenaga-tenaga yang dapat menciptakan sesuatu, dapat memecahkan
persoalan-persoalan, dapat mencari jalan-jalan yang tepat untuk
sesuatu kegiatan. Biasa disebut akal pikiran.
- Tenaga kerohanian yang luhur
Tenaga ini
memungkinkan seseorang berhubungan dengan hal-hal yang gaib,
memungkinkan manusia berhubungan dengan yang maha agung.
Jadi dapat
disimpulkan hubungan antara aspek-aspek kepribadian dan tenaga-tenaga
kepribadian adalah :
- Aspek-aspek kejasmanian, dipengaruhi dan dibentuk oleh tenaga-tenaga kejasmanian.
- Aspek-aspek kejiwaan, dipengaruhi dan dibentuk oleh tenaga-tenaga kejiwaan.
- Aspek-aspek kerohanian yang luhur, terutama dibentuk dan dipengaruhi oleh budhi.5
- Proses pembentukan kepribadian
Pembentukan
kepribadian itu berlangsung secara berangsur-angsur, bukanlah hal
yang sekali jadi, melainkan sesuatu yang berkembang. Oleh karena itu,
pembentukan kepribadian merupakan suatu proses. Akhir dari
perkembangan itu jika berlangsung dengan baik maka akan menghasilkan
suatu kepribadian yang harmonis.
Kepribadian yang
harmonis adalah apabila segala aspek-aspeknya seimbang pula sesuai
dengan kebutuhan. Pada segi lain kepribadian yang harmonis dapat
dikenal, pada adanya keimbangan antara peran individu dengan pengaruh
lingkungan sekitarnya.6
Proses pembentukan
kepribadian terdiri atas tiga taraf, yaitu:
- Pembiasaan
Adalah membentuk
aspek jasmani dari kepribadian, atau memberi kecakapan berbuat atau
mengucapkan sesuatu. Demikian ini dapat dilakukan dengan cara
mengontrol dan menggunakan tenaga-tenaga kejasmanian dan membantu
dengan tenaga-tenaga kejiwaan, dengan membiasakan peserta didik
melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang diucapkannya.
- Pembentukan pengertian, minat dan sikap
Pada tahap ini
diberikan pengertian atau pengetahuan tentang pekerjaan yang
dilakukan dan diucapkan dan ditanamkan pula dasar-dasar kesusilaan
yang erat hubungannya dengan kepercayaan dengan menggunakan
tenaga-tenaga kejiwaan karsa, rasa dan cipta.
- Pembentukan kerohanian yang luhur
Pada tahap ini
dapat dilakukan dengan pendidikan sendiri, yaitu dengan cara
menanamkan kepercayaan yang terdiri atas:
- Iman kepada Allah.
- Iman kepada malaikat.
- Iman kepada kitab.
- Iman kepada rasul.
- Iman kepada Qadla dan Qadar.
- Iman kepada hari akhir
Dengan penanaman
kepercayaan adanya rukun iman tersebut diharapkan akan tercipta
kesadaran dan pengertian yang mendalam. Segala apa yang dipikirkan
dan dipilih serta diputuskan dan juga yang dilakukan adalah
berdasarkan keinsafan diri sendiri.7
Ketiga taraf
pembentukan kepribadian diatas satu sama lain saling membantu dan
saling pengaruh mempengaruhi. Taraf yang lebih rendah akan menjadi
landasan taraf berikutnya dan akan menimbulkan kesadaran dan
keinsafan akan apa yang telah diperoleh dan apa faedahnya, sehingga
akan menimbulkan aktifitas yang lebih sadar dan khusu’.8
Selain itu, proses
pembentukan kepribadian muslim dapat pula dilakukan dengan dua cara,
yaitu: pertama, pembentukan kepribadian muslim sebagai individu dan
pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah.9
- Proses pembentukan kepribadian muslim sebagai individu
Dalam pembentukan
kepribadian muslim sebagai individu pembentukan diarahkan pada
peningkatan dan pengembangan faktor bawaan dan faktor pendidikan yang
berpedoman pada nilai-nilai islam. Faktor bawaan dikembangkan melalui
bimbingan dan pembiasaan berfikir, bersikap dan tingkah laku menurut
norma-norma islam. Sedangkan faktor pendidikan dilakukan dengan cara
mempengaruhi individu dengan menggunakan usaha membentuk kondisi yang
mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan norma-norma islam
seperti contoh, teladan dan lingkungan yang serasi.
Proses pembentukan
kepribadian muslim sebagai individu dapat pula dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut:
- Portal Education
Proses pendidikan
jenis ini dilakukan secara tidak langsung. Proses ini dimulai disaat
pemilihan calon suami atau istri dari kalangan yang baik dan
berakhlak. Kemudian dilanjutkan dengan sikap dan prilaku orang tua
yang islami, disaat bayi dalam kandungan, ditambah lagi dengan
pemberian makanan dan minuman yang halal dan baik serta dilengkapi
penerimaan yang baik dari kedua orang tua atas kehadiran bayi
tersebut.
Sedang
kualifikaisinya sebagai berikut.10
Calon suami yang
ideal bagi seorang mukmin :
- Beragama islam.
- Mempunyai komitmen penuh sebagai penanggung jawab rumah tangga yang akan dibangun kelak.
- Baik budi kepada istri.
Calon istri yang
ideal bagi seorang mukmin
- Beragana islam.
- Mempunyai komitmen penuh untuk taat kepada suami.
- Tunduk taat kepada hukum Allah tentang perkawinan mencakup tugas kewajibannya sebagai ratu rumah tangga, sebagi istri, sebagi ibu yang harus mengandung, melahirkan, mengasuh anak dan smua yang terkait padanya.11
- Education by another
Proses pendidikan
jenis ini dilakukan secara langsung oleh orang lain seperti: orang
tua dalam rumah tangga, guru disekolah dan pemimpin didalam
masyarakat.12
Firman Allah :
Artinya: “ Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidaklah kamu mengetahui
apapun dan ia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati.”
(Q.S. Al-Nahl : 78)
Oleh karena itu
diperlukan orang lain untuk mendidik manusia supaya dia mengetahui
tentang dirinya dan lingkungannya. Dan sekaligus bantuan orang lain
juga diperlukan agar ia dapat melakukan kegiatan belajar sendiri.
Proses ini dimulai semenjak anak dilahirkan sampai anak mencapai
kedewasaan baik jasmani maupun rohani.
Anak yang baru
lahir diazankan bagi pria dan diqamatkan bagi wanita, dan kemudian
mendoakannya agar menjadi anak yang saleh dan beragama dan
mendoakannya agar terhindar dari gangguan syetan dan lainnya. Setelah
anak berumur tujuh hari lalu diaqeqahkan. Setelah anak dewasa sedikit
lalu dikhitankan. Kemudian anak-anak disuruh belajar
dimasjid/musholla disekolah atau dilembaga pendidikan lainnya.
- Self Education
Proses ini
dilaksanakan melalui kegiatan pribadi tanpa bantuan orang lain
seperti membaca buku-buku, majalah, Koran dan sebagainya, atau
melalui penelitian untuk menemukan hakikat segaala sesuatu tanpa
bantuan orang lain.
Menurut Muzzayyin,
self education timbul karena dorongan dari naluri kemanusiaan yang
ingin mengetahui. Ia merupakan kecenderungan anugrah Tuhan. Dalam
ajaran islam yang meyebabkan adanya dorongan tersebut adalah hidayah
Allah.
Firman Allah SWT:
Artinya : “Tuhan
kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk
bentuk kejadiannya petunjuk.”
(Q.S. Tha’ha : 50)13
- Pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah.
Kepribadian muslim
sebagai ummah adalah merupakan komunitas muslim yang memiliki
pandangan hidup sama, walaupun masing-masing mempunyai faktor bawaan
yang berbeda. Persamaan pandangan hidup diyakini akan membantu usaha
membina hubungan yang baik serasi antar sesama anggota keluarga,
masyarakat, bangsa, maupun antar sesama manusia sebagai ummah.
Selain itu proses
pembentukan kepribadian muslim secara ummah dapat puka dilakukan
dengan cara dibawah ini :
- Pergaulan social
- Tidak melakukan hal-hal yang keji dan tercela seperti, membunuh, menipu, riba, merampok, memakan harta anak yatim dan sebagainnya.
- Membina hubungan tata tertib, meliputi bersikap sopan santun dalam pergaulan, meminta izin ketika masuk kerumah orang, berkata baik dan memberi serta membalas salam.
- Mempererat hubungan kerjasama dengan cara meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dapat merusak dasar kerjasama untuk membela kejahatan, berkhianat, mengadakan saksi palsu dan sebagainya.
- Menggalakkan perbuatan-perbuatan terpuji yang memberi dampak positif kepada masyarakat antara lain berupa menepati janji, memaafkan, memperbaiki hubungan antar sesama muslim dan sebagainya.
- Pergaulan dalam Negara
Pergaulan dalam
Negara dapat dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai ke islaman dalam
Negara berupa.
- Kewajiban kepala Negara untuk bermusyawarah dengan rakyatnya.
- Menerapkan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran dan kasih saying serta tanggung jawab terhadap rakyat.
- Tidak menyelenggarakan kepercayaan rakyat dan menyalah gunakan kekuasaan.
- Tidak membedakan kedudukan dan status social antara orang kaya dan miskin dalam penerapan undang-undang.
Sebaliknya sebagai
rakyat, kaum muslimin diminta pula untuk menjalankan kewajiban dalam
bentuk aktifitas yang memiliki nilai-nilai islam itu berupa:
- Kewajiban mengikuti disiplin dengan taat dan bersyarat, yaitu selama kepala Negara masih dapat menjunjung tinggi perintah Allah.
- Menyiapkan diri dalam membela Negara.
- Menjauhi hal-hal yang dapat merugikan Negara seperti bekerja sama dengan musuh, menjauhi kerusankan dan membuat maker.
- Pergaulan antar Negara
- Melaksanakan perdamaian antar bangsa.
- Menghargai perjanjian.
- Tidak serang menyerang.
- Membina kerukunan antar Negara dan bantu membantu sesama.14
Pembentukan
kepribadian muslim sebagai individu, keluarga, masyarakat, maupun
ummah pada hakikatnya seiring dan menuju ketujuan yang sama. Tujuan
utamanya adalah guna merealisasikan diri, baik secara pribadi maupun
secara komunitas untuk menjadi pengabdi Allah yang setia, tunduk dan
patuh pada aturan Allah.15
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Kepribadian muslim
yaitu kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku
luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidupnya dan menunjukkan
pengabdian kepada tuhan dan penyerahan diri kepadanNya dengan
disertai beberapa sifat yang mencerminkan ciri khas sebagai seorang
muslim.
Kepribadian muslim
merupakan suatu hasil dari proses sepanjang hidup. Kepribadian muslim
tidak terjadi sekaligus, akan tetapi terbentuk melalui proses
kehidupan yang panjang. Oleh sebab itu banyak factor yang membentuk
kepribadian muslim tersebut.
Pada dasarnya
pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, keluarga,
masyarakat, maupun ummah pada hakikatnya seiring dan menuju ketujuan
yang sama. Tujuan utamanya adalah guna merealisasikan diri, baik
secara pribadi maupun secara komunitas untuk menjadi pengabdi Allah
yang setia, tunduk dan patuh pada aturan Allah.16
- Saran-saran
Dengan memahami
konsep kepribadian muslim dalam perspektif filsafat pendidikan islam
dapat diharapkan nantinya seorang pendidik dapat berfikir, berkata
dan bertindak dengan bernafaskan islami. Karena dalam tujuan
pendidikan islam itu sendiri menurut Al-Mawardi adalah diharapkan
dari seorang pendidik menjadi figure yang dapat dicontoh peserta
didik dan masyarakat, oleh karena itu segala tingkah laku pendidik
harus sesuai dan sejalan dengan norma dan nilai ajaran agama yang
berasal dari wahyu sehingga peserta didik akan mencontohnya.17
Hal ini senada dengan yang dikatakan Zakiyah Drajat bahwa faktor
terpenting bagi seorang pendidik adalah pribadinnya. Kepribadian
itulah yang akan menentukan apakah ia akan menjadi pendidik dan
Pembina yang baik bagi peserta didiknya, ataukah menjadi perusak atau
penghancur bagi masa depan peserta didiknya.18
Sedangkan bagi
seorang peserta didik denan memahami konsep kepribadian muslim dalam
perspektif filsafat pendidikan islam diharapkan peserta didik
nantinya dapat berbudi pekerti (berkepribadian) yang baik sehingga
dapat mudah menyerap ilmu yang diajarkan oleh pendidiknya serta
nantinya diharapkan seorang peserta didik mendapatkan kebahagiaan
didunia dan diakherat. Dan menjadi seorang yang paripurna (insane
kamil) hal ini seperti yang dikatakan oleh Hamka bahwa tujuan dari
pendidikan adalah terapannya manusia yang sempurna atau insane
kamil.19
Sedang menurut Zakiyah Drajat konsep Insan Kamil diartikan sebagai
manusia utuh Rohani dan Jasmaninya dapat hidup berkembang secara
wajar dan normal karena taqwa kepada Allah SWT.20
DAFTAR
PUSTAKA
Khobir,
Abdul. 2009.
Filsafat Pendidikan Ialam. Pekalongan
: Gama Media Offset.
Ramayulis.
2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakata : Kalam Mulia.
Muchlas, Imam. 2006.
Al-Qur’an
Berbicara Tentang Hukum Perkawinan.
Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Marimba,
D Ahmad. 1962. Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam.
Bandung : PT Alma’arif.
Al-Banjani,
Ramadhana Rachmat. 2008. Membaca
Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al-Qur’an.
Jogjakarta : Diva Press.
Zuhairini,
dkk. 1995. Filsafat
Pendidikan Islam.
Jakarta : Bumi Aksara.
Hamka.
1987. Tasawuf
Modern.
Jakarta : Panji Mas.
1
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan : Gama
Media Offset, 2009), hlm. 129-130
2
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT
Alma’arif, 1962), hlm. 66-67
3
Zuhairini. Dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara,
1995), hlm.200
4
Abdul Khobir, Op. Cit, hlm 131-132
5
Marimba, D Ahmad, Op. Cit, hlm. 69-71
6
Ibid, hlm. 75
7
Ibid, hlm 68-70
8
Abdul Khobir, Op. Cit, hlm 134
9
Ramayulis, Op.Cit, hlm 295
10
Abdul Khobir, Op. Cit, hlm 134-135
11 Muchlas,
Imam, Al-Qur’an Berbicara Tentang Hukum
Perkawinan, (Malang : Universitas
Muhammadiyah, Malang, 2006), hlm.41-43
12
Abdul Khobir, Log. Cit, hlm 135
13
Ramayulis, Op. Cit, hlm. 296-298
14
Ibid, hlm. 298-299
15
Abdul Khobir, Op. Cit, hlm. 136
16
Abdul Khobir, Op. Cit, hlm. 136
18
Zakiyah Drajat,
Kepribadian Guru, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978), hlm. 13
19
Hamka. Tasawuf Modern, (Jakarta
: Panji Mas,1987). Hlm 122
20
Zakiah Drajat, Op.
Cit., hlm 29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar